Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Jenis-Jenis Penelitian Pendidikan

Penelitian dibedakan dari beberapa aspek bagaimana suatu bentuk penelitian dilihat dan dibedakan. Beberapa aspek tersebut meliputi: aspek tujuan, aspek metode, dan aspek kajian. Berdasarkan pendekatan, secara garis besar dibedakan dua macam penelitian, yaitu penelitian kuantitatif dan penelitian kualitatif. Keduanya memiliki asumsi, karakteristik dan prosedur penelitian yang berbeda.

A. Penelitian Kuantitatif

Penelitian kuantitatif didasari oleh filsafat positivisme yang bertolak dari asumsi bahwa realita bersifat tunggal, fixed, stabil, lepas dari kepercayaan dan perasaan-perasaa individual. Realita terdiri atas bagian dan unsur yang terpisah satu sama lain dan dapat diukur dengan menggunakan instrumen. Maksimalisasi objektivitas desain penelitian ini dilakukan dengan menggunakan angka-angka, pengolahan statistik, struktur, dan percobaan terkontrol.

Ada beberapa metode penelitian yang dapat dimasukkan ke dalam penelitian kuantitatif yang bersifat noneksperimental, yaitu metode: deskriptif survai, ekspos fakto, komparatif, korelasional, dan penelitian tindakan.

1. Penelitian Noneksperimental
Beberapa metode penelitian yang biasa dipakai dalam penelitian pendidikan, berdasarkan pendekatannya yang termasuk dalam kelompok metode penelitian kuantititaif noneksperimental, meliputi: 

a. Penelitian Deskriptif
Penelitian deskriptif (descriptive research) adalah suatu metode penelitian yang ditujukan untuk menggambarkan fenomena-fenomena yang ada, yang berlangsung pada saat ini atau saat yang lampau. Penelitian deskriptif, bisa mendeskripsikan sesuatu keadaan saja, tetapi bisa juga mendeskripsikan keadaan dalam tahapan-tahapan perkembangannya. 

Penelitian demikian disebut penelitian perkembangan (developmental studies). Dalam penelitian perkembangan ada yang bersifat longitudinal atau sepanjang waktu, dan ada yang bersifat cross sectional atau dalam potongan waktu. 

Penelitian longitudinal dalam perkembangan kemampuan berbahasa, meneliti perkembangan tersebut dimulai dari masa bayi sampai dengan adolesen. Dalam penelitian cross sectional, meneliti perkembangan kemampuan berbahasa pada masing-masing tahap umpamanya masa: bayi, anak kecil, anak sekolah, remaja, dan adolesen dilakukan secara bersamaan.

b. Penelitian Survai 
Survai digunakan untuk mengumpulkan informasi berbentuk opini dari sejumlah besar orang terhadap topik atau isu-isu tertentu. Ada tiga karakteristik utama dari survai: (1) informasi dikumpulkan dari sekelompok besar orang untuk mendeskripsikan beberapa aspek atau karakteristik tertentu seperti: kemampuan, sikap, kepercayaan, pengetahuan dari populasi, (2) informasi dikumpulkan melalui pengajuan pertanyaan (umumnya tertulis walaupun bisa juga lisan) dari suatu populasi, (3) informasi diperoleh dari sampel, bukan dari populasi. 

Tujuan utama survai adalah mengetahui gambaran umum karakteristik dari populasi. Pada dasarnya yang ingin dicari peneliti adalah bagaimana anggota dari suatu populasi tersebar dalam satu atau lebih variabel, seperti usia, etnis, jenis kelamin, agama, dll. 

Seperti halnya metode deskriptif, survai juga ada yang bersifat longitudinal dan juga cross sectional. Survai longitudinal digunakan untuk mengumpulkan informasi/perubahan yang berlangsung dalam kurun waktu yang cukup panjang. Cross sectional mengumpulkan informasi dalam satu periode waktu tertentu yang relatif lebih pendek.   

c. Penelitian Ekspos Fakto
Penelitian ekspos fakto (expost facto research) meneliti hubungan sebab- akibat yang tidak dimanipulasi atau diberi perlakuan (dirancang dan dilaksanakan) oleh peneliti. Penelitian hubungan sebab-akibat dilakukan terhadap program, kegiatan atau kejadian yang telah berlangsung atau telah terjadi. 

Adanya hubungan sebab-akibat didasarkan atas kajian teoritis, bahwa sesuatu variabel disebabkan atau dilatarbelakangi oleh variabel tertentu atau mengakibatkan variabel tertentu. Umpamanya pelatihan meningkatkan pengetahuan atau kemampuan para peserta, gizi yang cukup pada waktu ibu hamil menyebabkan bayi sehat, koperasi yang sehat dapat meningkatkan kesejahteraan para anggota-anggotanya. 

Penelitian ekspos fakto mirip dengan penelitian eksperimental, tetapi tidak ada pengontrolan variabel, dan biasanya juga tidak ada pra tes. Penelitian ini dapat dilakukan dengan baik, dengan menggunakan kelompok pembanding. Kelompok pembanding dipilih yang memiliki karakteristik yang sama tetapi melakukan kegiatan, program, atau mengalami kejadian yang berbeda. 

d. Penelitian Komparatif
Penelitian diarahkan untuk mengetahui apakah antara dua atau lebih dari dua kelompok ada perbedaan dalam aspek atau variabel yang diteliti. Dalam penelitian inipun tidak ada pengontrolan variabel, maupun manipulasi/perlakuan dari peneliti. Penelitian dilakukan secara alamiah, peneliti mengumpulkan data dengan menggunakan instrumen yang bersifat mengukur. 

Hasilnya dianalisis secara statistik untuk mencari perbedaan di antara variabel-variabel yang diteliti. Penelitian komparatif juga dapat memberikan hasil yang dapat dipercaya, selain karena menggunakan instrumen yang sudah diuji, juga karena kelompok- kelompok yang dibandingkan memiliki karakteristik yang sama atau hampir sama. 

e. Penelitian Korelasional 
Penelitian ditujukan untuk mengetahui hubungan suatu variabel dengan variabel-variabel lain. Hubungan antara satu dengan beberapa variabel lain dinyatakan dengan besarnya koefisien korelasi dan keberartian (signifikansi) secara statistik. 

Adanya korelasi antara dua variabel atau lebih, tidak berarti adanya pengaruh atau hubungan sebab-akibat dari suatu variabel terhadap variabel lainnya. Korelasi positif berarti nilai yang tinggi dalam suatu variabel berhubungan dengan nilai yang tinggi pada variabel lainnya. Korelasi negatif berarti nilai yang tinggi dalam satu variabel berhubungan dengan nilai yang rendah dalam variabel lain. 

f. Penelitian Tindakan
Penelitian tindakan (action research) merupakan penelitian yang diarahkan pada mengadakan pemecahan masalah atau perbaikan. Guru-guru mengadakan pemecahan terhadap masalah-masalah yang dihadapi dalam kelas, kepala sekolah mengadakan perbaikan terhadap manajemen di sekolahnya. 

Penelitian ini difokuskan kepada perbaikan proses maupun peningkatan hasil kegiatan guru dan prestasi belajar siswa. Penelitian tindakan juga biasa dilakukan dengan meminta bantuan seorang konsultan atau pakar dari luar. Penelitian tindakan demikian diklasifikasikan sebagai penelitian tindakan kolaboratif atau collaborative action research (Oja & Sumarjan, 1989, Stinger, 1996). 

Penelitian tindakan kolaboratif selain diarahkan kepada perbaikan proses dan hasil juga bertujuan meningkatkan kemampuan para pelaksana, sebab penelitian kolaboratif merupakan bagian dari program pengembangan staf. 

 g. Penelitian dan Pengembangan
Metode penelitian dan pengembangan (Research and Development/R&D) ada yang memasukkannya ke dalam pendekatan penelitian kuantitatif noneksperimental dan sebagai metode penelitian eksperimental. Penelitian dan pengembangan (Research and Development) ini berawal dari industry-base development model, yang digunakan sebagai prosedur untuk merancang dan mengembangkan suatu produk baru yang berkualitas. 

Dalam pengembangan pendidikan kadang-kadang disebut research base development muncul sebagai strategi yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas pendidikan. Lebih khusus dikemukakan bahwa dalam bidang pendidikan, penelitian dan pengembangan yang disingkat R & D adalah suatu proses yang digunakan untuk mengembangkan dan memvalidasi produk pendidikan serta menemukan pengetahuan-pengetahuan baru melalui “base research” (Borg dan Gall, 2003: 569-570) dan bertujuan memberikan perubahan-perubahan pendidikan guna meningkatkan dampak-dampak positif yang potensial dari temuan-temuan penelitian dalam memecahkan permasalahan pendidikan dan digunakan untuk meningkatkan kenerja praktik-praktik pendidikan, antara lain melaui pembelajaran dalam bentuk penelitian. 

Dalam bidang pendidikan, metode R & D ini dapat digunakan untuk mengembangkan buku, modul, media pembelajaran, instrumen evaluasi, model-model kurikulum, pembelajaran, evaluasi, bimbingan, manajemen, pembinaan staf, dan lain-lain. Kegiatan pengembangan dilakukan melalui beberapa kali uji coba, dengan sampel terbatas dan sampel lebih luas. Pengujian produk dilakukan dengan mengadakan eksperimen.    

2. Penelitian Eksperimental 
Penelitian eksperimental merupakan penelitian yang paling murni kuantitatif. Mengapa dikatakan paling murni, karena semua prinsip dan kaidah-kaidah penelitian kuantitatif dapat diterapkan pada metode ini. 

Penelitian eksperimental merupakan penelitian laboratorium, walaupun bisa juga dilakukan di luar laboratorium, tetapi pelaksanaannya menerapkan prinsip-prinsip penelitian laboratorium, terutama dalam pengontrolan terhadap hal-hal yang mempengaruhi jalannya eksperimen.

Metode ini bersifat validation, yaitu menguji pengaruh satu atau lebih variabel terhadap variabel lain. Variabel yang memberi pengaruh dikelompokkan sebagai variabel bebas (independent variables), dan variabel yang dipengaruhi dikelompokkan sebagai variabel terikat (dependent variables). 

Karena penelitian ini bersifat menguji, Syaodih (2003) menjelaskan bahwa semua variabel yang diuji harus diukur dengan menggunakan instrumen pengukuran atau tes yang sudah distandarisasikan atau dibakukan. Pembakuan instrumen dan pengolahan datanya diolah dan dianalisis dengan menggunakan analisis statistik inferensial-parametrik. 

Ada beberapa variasi dari penelitian eksperimental, yaitu: eksperimen murni, eksperimen kuasi, eksperimen lemah, dan subjek tunggal.

a. Eksperimen Murni
Eksperimen murni (true experimental) sesuai dengan namanya merupakan metode eksperimen yang paling mengikuti prosedur dan memenuhi syarat-syarat eksperimen. Prosedur dan syarat-syarat tersebut, terutama berkenaan dengan pengontrolan variabel, kelompok kontrol, pemberian perlakuan atau manipulasi kegiatan serta pengujian hasil. 

Dalam eksperimen murni, kecuali variabel independen yang akan diuji pengaruhnya terhadap variabel dependen, semua variabel dikontrol atau disamakan karakteristiknya (dicari yang sama). Pada kelompok eksperimen (variabel yang akan diuji akibatnya) diberi perlakuan khusus. 

Sedang pada kelompok kontrol diberi perlakuan lain, atau perlakuan yang biasa dilakukan, yang akan dibandingkan hasilnya dengan perlakuan eksperimen. Dalam eksperimen murni (demikian juga dengan bentuk eksperimen lainnya) pengujian atau pengukuran (tes) dilakukan dengan menggunakan instrumen atau tes baku atau sudah dibakukan.

b. Eksperimen Semu
Metode eksperimen semu (quasi experimental) pada dasarnya sama dengan eksperimen murni, bedanya adalah dalam pengontrolan variabel, yaitu terhadap variabel yang dipandang paling dominan. Dalam eksperimen tentang pengaruh metode pembelajaran. 

Misalnya, pemecahan masalah terhadap kemampuan berpikir para siswa SMA, pengembangan berpikir adalah kecerdasan atau intelegensi dianggap sebagai variabel yang paling dominan, maka variabel tersebut yang dikontrol atau disamakan meskipun tidak sepenuhnya disamakan tetapi dipasangkan.

c. Eksperimen Lemah
Eksperimen lemah (weak experimental) merupakan metode penelitian eksperimen yang desain dan perlakuannya seperti eksperimen tetapi tidak ada pengontrolan variabel sama sekali. Sesuai dengan namanya, sangat lemah kadar validitasnya, oleh karena itu sebaiknya tidak digunakan untuk penelitian tesis dan disertasi, juga skripsi sebenarnya. 

Metode ini hanya untuk latihan-latihan perkuliahan yang hasilnya tidak digunakan baik untuk pengambilan keputusan, penentuan kebijakan maupun pengembangan ilmu.

d. Eksperimen Subjek Tunggal 
Dalam penelitian kita tidak selalu bisa bekerja dengan kelompok, baik kelompok individu, kelas, institusi maupun organisasi. Eksperimen subjek tunggal (single subject experimental), merupakan eksperimen yang dilakukan terhadap subjek tunggal. 

Dalam pelaksanaan eksperimen subjek tunggal, variasi bentuk eksperimen murni, kuasi, atau lemah berlaku. Eksperimen subjek tunggal yang baik minimal menggunakan kuasi, tetapi kalau untuk latihan kuliah, eksperimen lemah juga dapat digunakan.


B. Penelitian Kualitatif

Penelitian kualitatif berbeda dengan penelitian kuantitatif yang bertolak dari pandangan Positivisme. Penelitian kualitatif berangkat dari filsafat Konstruktivisme, yang memandang kenyataan itu berdimensi jamak, interaktif dan menuntut interpretasi berdasarkan pengalaman sosial. “Reality is multilayer, interactive and a shared social experience interpretation by individuals” (McMillan and Schumacher, 2001). Berbeda dengan pandangan Lincoln dan Guba (1985) melihat penelitian kualitatif sebagai penelitian yang bersifat naturalistik. 

Penelitian ini bertolak dari paradigma naturalistik, bahwa “kenyataan itu berdimensi jamak, peneliti dan yang bersifat interaktif, tidak bisa dipisahkan, suatu kesatuan terbentuk secara simultan, dan bertimbal balik, tidak mungkin memisahkan sebab dengan akibat, dan penelitian ini melibatkan nilai-nilai. 

Para peneliti mencoba memahami bagaimana individu mempersepsi makna dari dunia sekitarnya. Dari dua pendapat yang dikemukakan di atas, dapat dikatakan bahwa penelitian kualitatif adalah suatu penelitian yang ditujukan untuk mendeskripsikan dan menganalisis fenomena, peristiwa, aktivitas sosial, sikap, kepercayaan, persepsi, pemikiran, orang secara individual maupun kelompok, berguna untuk menemukan prinsip-prinsip dan penjelasan yang mengarah pada penyimpulan.

1. Kualitatif Interaktif 

Ada lima macam metode kualitatif interaktif, yaitu metode etnografik biasa dilaksanakan dalam antropologi dan sosiologi, metode fenomenologis digunakan dalam psikologi dan filsafat, studi kasus digunakan dalam ilmu-ilmu sosial dan kemanusiaan serta ilmu terapan, teori dasar (grounded theory) digunakan dalam sosiologi, dan studi kritikal digunakan dalam berbagai bidang ilmu, metode-metode interaktif ini bisa difokuskan pada pengalaman hidup individu seperti dalam fenomenologi, studi kasus, teori dasar, dan studi kritikal, bisa juga berfokus pada masyarakat dan budaya seperti dalam etnografi dan beberapa studi kritikal. 

 a. Studi Etnografik
Studi etnografik (ethnographic studies) mendeskripsikan dan menginter- pretasikan budaya, kelompok sosial atau sistem. Dalam pendidikan dan kurikulum difokuskan pada salah satu kegiatan inovasi seperti pelaksanaan model kurikulum terintegrasi, berbasis kompetensi, pembelajaran kontekstual, dsbnya. 

Proses penelitian etnografik dilaksanakan di lapangan dalam waktu yang cukup lama, berbentuk observasi dan wawancara secara alamiah dengan para partisipan, dalam berbagai bentuk kesempatan kegiatan, serta mengumpulkan dokumen- dokumen dan benda-benda (artifak). 

Meskipun makna budaya itu sangat luas tetapi studi etnografi biasanya dipusatkan pada pola-pola kegiatan, bahasa, kepercayaan, ritual dan cara-cara hidup. Hasil akhir penelitian bersifat komprehensif, suatu naratif deskriptif yang bersifat menyeluruh disertai interpretasi yang mengintegrasikan seluruh aspek- aspek kehidupan dan menggambarkan kompleksitas kehidupan tersebut. 

Beberapa peneliti juga melakukan penelitian mikro etnografi, penelitian difokuskan pada salah satu aspek saja.

b. Studi Historis 
Studi historis (historical studies) meneliti peristiwa-peristiwa yang telah berlalu. Peristiwa-peristiwa sejarah direka-ulang dengan menggunakan sumber data primer kesaksian dari pelaku sejarah yang masih ada, kesaksian tidak disengaja yang tidak dimaksudkan untuk disimpan, sebagai catatan atau rekaman, seperti peninggalan-peninggalan sejarah, dan kesaksian sengaja berupa catatan dan dokumen-dokumen. 

Penelitian historis menggunakan pendekatan, metode dan materi yang mungkin sama dengan penelitian etnografis, tetapi dengan fokus, tekanan dan sistematika yang berbeda. Beberapa peneliti juga menggunakan pendekatan dan metode ilmiah (positivistis) seperti mengadakan pembatasan masalah, perumusan hipotesis, pengumpulan dan analisis data, uji hipotesis, pengumpulan dan analisis data, uji hipotesis dan generalisasi, walaupun sudah tentu dalam keterbatasan-keterbatasan tertentu. 

Salah satu ciri khas dari penelitian historis adalah periode waktu: kegiatan, peristiwa, karakteristik, nilai- nilai, kemajuan bahkan kemunduran, dilihat dan dikaji dalam konteks waktu. 

c. Studi Fenomenologis
Fenomenologi mempunyai dua makna, sebagai filsafat sain dan sebagai metode pencarian (penelitian). Studi fenomenologis mencoba mencari arti dari pengalaman dalam kehidupan. Peneliti menghimpun data berkenaan dengan konsep, pendapat, pendirian, sikap, penilaian, dan pemberian makna terhadap situasi atau pengalaman-pengalaman dalam kehidupan. 

Tujuan dari penelitian fenomenologis adalah mencari atau menemukan makna dari hal-hal yang esensial atau mendasar dari pengalaman hidup tersebut. Penelitian dilakukan melalui wawancara mendalam yang lama dengan partisipan. Pemahaman tentang persepsi dan sikap-sikap informan terhadap pengalaman hidup subyek sehari-hari diperoleh dengan menggunakan wawancara. 

d. Studi Kasus
Studi kasus (case study) merupakan satu penelitian yang dilakukan terhadap suatu “kesatuan sistem”. Kesatuan ini dapat berupa program, kegiatan, peristiwa, atau sekelompok individu yang terikat oleh tempat, waktu, atau ikatan tertentu. Studi kasus adalah suatu penelitian yang diarahkan untuk menghimpun data, mengambil makna, memperoleh pemahaman dari kasus tersebut. 

Kasus sama sekali tidak mewakili populasi dan tidak dimaksudkan untuk memperoleh. Kesimpulan dari populasi. Kesimpulan studi kasus hanya berlaku untuk kasus tersebut. Tiap kasus bersifat unik atau memiliki karakteristik sendiri yang berbeda dengan kasus lainnya. 

 Suatu kasus dapat terdiri atas satu unit atau lebih dari satu unit, tetapi merupakan satu kesatuan. Kasus dapat satu orang, satu kelas, satu sekolah, beberapa sekolah tetapi dalam satu kantor kecamatan, dsbnya. 

Dalam studi kasus digunakan beberapa teknik pengumpulan data seperti wawancara, observasi, dan studi dokumenter, tetapi semuanya difokuskan ke arah mendapatkan kesatuan data dan kesimpulan.

e. Teori Dasar
Penelitian teori dasar atau sering disebut juga penelitian dasar atau teori dasar (grounded theory) merupakan penelitian yang diarahkan pada penemuan atau minimal menguatkan terhadap suatu teori. Penelitian dilakukan dengan menggunakan pendekatan kualitatif. 

Walaupun penelitian kualitatif memberikan deskripsi yang bersifat terurai, tetapi dari deskripsi tersebut diadakan abstraksi atau inferensi sehingga diperoleh kesimpulan-kesimpulan yang mendasar yang membentuk prinsip dasar, dalil atau kaidah-kaidah. Kumpulan dari prinsip, dalil atau kaidah tersebut berkenaan dengan sesuatu hal dapat menghasilkan teori baru, minimal memperkuat teori yang telah ada dalam hal tersebut. 

Penelitian dasar (grounded research) dilaksanakan dengan menggunakan berbagai teknik pengumpulan data, diadakan cek-recek ke lapangan, studi pembandingan antar kategori, fenomena dan situasi melalui kajian induktif, deduktif, dan verifikasi sampai pada titik jenuh. 

Pada titik ini peneliti memilih mana fenomena-fenomena inti dan mana yang tidak inti. Dari fenomena-fenomena inti tersebut dikembangkan “alur konsep” serta “matriks kondisi” yang menjelaskan kondisi sosial dan historis dan keterkaitannya dengan fenomena- fenomena.  

f. Studi Kritis
Model penelitian ini berkembang dari teori kritis, feminism, ras, dan pascamodern, yang bertolak dari asumsi bahwa pengetahuan bersifat subjektif. Para peneliti kritis memandang bahwa masyarakat terbentuk oleh orientasi kelas, status, ras, suku bangsa, jenis kelamin, dll. 

Peneliti feminis dan etnis memusatkan perhatiannya pada masalah-masalah jender dan ras, sedang peneliti pascamodern dan kritis memusatkan pada institusi sosial dan kemasyarakatan. Ada hal yang perlu mendapat perhatian dalam penelitian kritis. 

Pertama, penelitian-penelitian kritis tidak bersifat diskrit, meskipun masing-masing punya implikasi metodologis. Model studinya berbeda dalam tujuan, peranan teori, teknik pengumpulan data, peranan peneliti, format laporan dan narasinya, meskipun juga ada yang tumpang tindih. 

Kedua, penelitian kritis menggunakan pendekatan studi kasus, kajian terhadap suatu kasus (kasus tunggal), kajian yang bersifat mendalam yang berbeda dengan kajian eksperimental atau kajian lain yang bersifat generalisasi maupun pembandingan. Dalam penelitian kualitatif, kasus adalah suatu kesatuan kasus atau fenomena, yang diteliti secara mendalam dan utuh.     

2. Penelitian Non interaktif

Penelitian noninteraktif (non interactive inquiry) disebut juga penelitian analitis, mengadakan pengkajian berdasarkan analisis dokumen. Sesuai dengan namanya penelitian ini tidak menghimpun data secara interaktif atau melalui interaksi dengan sumber data manusia. Sumber datanya adalah dokumen-dokumen. 

Ada tiga macam penelitian analitis atau studi noninteraktif, yaitu analisis: konsep, historis, dan kebijakan. Yang pertama, analisis konsep, merupakan kajian atau analisis terhadap konsep-konsep penting yang diinterpretasikan pengguna atau pelaksana secara beragam sehingga banyak menimbulkan kebingungan, umpamanya: cara belajar aktif, kurikulum berbasis kompetensi, wajib belajar, belajar sepanjang hayat dan lain-lain. 

Kedua, analisis historis menganalisis data kegiatan, program, kebijakan yang telah dilaksanakan pada masa yang lalu. Penelitian ini lebih diarahkan kepada menganalisis peristiwa, kegiatan, program, kebijakan, keterkaitan dalam urutan waktu. 

Ketiga, analisis kebijakan menganalisis berbagai dokumen yang berkenaan dengan kebijakan tertentu, kebijakan otonomi daerah dalam pendidikan, ujian akhir sekolah, pembiayaan pendidikan, dsbnya. Pengkajian diarahkan untuk menemukan kedudukan, kekuatan, makna dan keterkaitan antardokumen, dampak, dan konsekuensi-konsekuensi positif dan negatif dari kebijakan tersebut. 

Penelitian kebijakan memfokuskan kajiannya pada kebijakan yang lalu atau yang berlaku sekarang, dan diarahkan untuk: (1) meneliti formulasi kebijakan, sasarannya siapa- siapa saja, (2) menguji pelaksanaan suatu program terkait dengan sesuatu kebijakan, dan (3) menguji keefektivan dan keefisienan kebijakan.

Sumber:  Penelitian Pendidikan SD. Jakarta: Dapartemen Pendidikan Nasional