Keunggulan Pembelajaran Tematik
Pro dan kontra dituai pada awal penerapan kurikulum 2013 yang menawarkan konsep pembelajaran tematik. Guru yang semula nyaman dengan kurikulum terdahulu KTSP sangat menentang kurikulum baru. Masyarakat bahkan menaruh curiga kepada pemerintah saat itu.
Para pengamat pendidikan bahkan mempertanyakan urgensi pergantian kurikulum. Lebih baik alokasikan dana ke pendidik. Masih banyak guru honorer yang memerlukan bantuan dari pemerintah.
Penerapan kurikulum baru mendorong guru untuk segera menyesuaikan diri. Jika kita ingin memperoleh hal yang baik memang perlunya merasakan ketidaknyamanan di awal. Apabila menjadi baik itu mudah, mungkin dunia ini sudah dipenuhi orang-orang bijaksana nan berkompeten.
Belajar Bersama |
Semua kebijakan yang ada pasti ada tujuannya. Penerapan kurikulum baru tentunya menjadi harapan baru akan pendidikan yang lebih baik di Indonesia. Tentunya pendidikan amat teramat penting. Masa depan bangsa dipertaruhkan melaui pengembangan sumber daya manusia. Kita sudah tertinggal dari negara-negara maju dibidang SDM dan teknologi.
Pada penerapan suatu kurikulum pasti memunculkan kelebihan maupun kekurangan. Sekarang tinggal bagaimana kita meminimalisir kekurangan tersebut dan memaksimalkan kelebihan yang ada. Terlepas dari kekurangan, maka berikut ini keunggulan pembelajaran Tematik. Penjelasan akan lebih cenderung dikaitkan dengan pembelajaran di jenjang sekolah dasar
1. Siswa Belajar Secara Holistik
Siswa diharapkan mampu belajar secara keseluruhan (holistik). Coba kalian renungkan bagaimana guru kelas 1 kalian mengajarkan cara membaca?
Pasti kita disuguhkan gambar yang dibawahnya berisi beberapa alfabet yang disusun sejajar secara horizontal. Kita saat itu sebenarnya diajari nama-nama binatang atau cara membaca?
Tentu saja kedua-duanya. Jika kalian hanya diajari membaca alfabet, apakah hasilnya akan sama jika dibelajarkan menggunakan gambar hewan dan alfabet?
Akan berbeda. Kita saat itu cenderung tertarik dengan gambar-gambar lucu. Sebenarnya lebih mudah paham materi jika dikaitkan dengan kehidupan sehari-hari. Belajar dari umum ke khusus.
Dari materi yang kompleks ke materi yang lebih terperinci
Pembelajaran tematik sebenarnya sudah lama diterapkan di Indonesia pada kelas rendah. Alam semesta beserta isinya menjadi satu kesatuan yang saling berkaitan. Bukan bagian-bagian yang terpisah satu sama lain. Ini awal mula konsep pembelajaran yang holistik.
Istilahnya kalau bisa belajar banyak hal dalam 1 pembelajaran kenapa tidak. Nanti akan terbentuk jaring-jaring pengetahuan dalam struktur kognitif anak. Ini juga meminimalisir adanya kegiatan menghafal yang berkelanjutan. Ingat ya manusia itu unik dan bukan robot penghafal. Manusia sebenarnya belajar untuk hidup. Memecahkan masalah yang muncul dikehidupan sehari-hari.
Pembelajaran tematik pada kelas empat misalnya. Membahas tentang cita-cita yang di dalamnya include muatan pelajaran bahasa Indonesia (membahas puisi), IPA (daur hidup), dan SBdP (nada).
Bagaimana cara mengemas ketiganya menjadi satu kesatuan?
Pada awalnya guru memberikan apersepsi tentang jenis pekerjaan. Diberikanlah kemudian stimulus berupa pertanyaan terkait cita-cita siswa di masa depan. Serentak siswa menjawab dengan semangat.
Guru kemudian menyampaikan bahwa cita-cita tersebut dapat disampaikan melalui sebuah karya puisi. Contoh sudah ada dibuku, siswa akan mengidentifikasinya.
Setiap siswa membuat puisi mungkin tuk pertama kalinya. Beberapa siswa mengangkat tangan ketika guru memerlukan relawan pembaca puisi. Seorang siswa membaca puisi tentang cita-citanya menjadi dokter hewan. Kawan-kawanya bertepuk tangan meriah mengakhiri penampilannya.
Dari "dokter hewan" guru mengaitkan ke materi berikutnya. Dia menanyakan hewan apa saja yang sering dilihat dan cara merawat hewan. Dijelaskanlah bahwa setiap hewan mengalami daur hidup. Guru menanyakan bagaimana daur hidup burung. Burung yang dimaksud adalah kaktua. Kaktua jadi acuan untuk mengaitkan ke materi nada. Ada lagu burung kakatua. Seisi kelas bersenandung riang bersama.
Jadi, siswa lebih mudah mempelajari pengetahuan apabila dibelajarkan secara holistik.
2. Menjangkau Tiga Ranah Kemampuan
KTSP lebih menekankan pada aspek pengetahuan saja. Ini bisa dilihat pada rapot siswa. Para orangtua akan terfokus pada angka-angka yang sebelahnya dilengkapi deskripsi seperti delapan puluh tiga, tujuh puluh sembilan, dan sembilan puluh.
Menjadi pintar saja tidak cukup untuk survive di masa yang akan datang. Kepintaran akademik harus diimbangi dengan skill dan juga attidute. Percuma saja pintar teori tetapi tidak bisa menyelesaikan permasalahan. Begitu juga sikap yang harus mencerminkan orang terpelajar.
Pada kurikulum 2013 khususnya pembelajaran tematik menekankan keselarasan ketiga aspek kemampuan (sikap, keterampilan, pengetahuan). Siswa dituntut berprilaku yang santun memiliki keterampilan yang mumpuni dan berpengetahuan yang luas.
Guru memupuk ketiga ranah melalui proses pembelajaran. Anggap saja kita belajar tema budaya. Dari budaya kita akan mempelajari beranekaragam budaya yang terdapat di Indonesia. Yang kita peroleh adalah pengetahuan berupa informasi.
Guru menanamkan nilai-nilai perilaku luhur yakni saling menghargai dan bertoleransi di tengah perbedaan. Siswa mencoba menarikan salah satu tarian tradisional untuk mengasah kemampuan motorik.
Pengetahuan penting dimiliki untuk membuka wawasan, memandang dunia dari berbagai aspek.
Sikap yang luhur wajib dihayati agar mampu memperlakukan orang dengan baik, menjalin relasi yang bermanfaat
Berbagai keterampilan harusnya dikuasai demi memudahkan pekerjaan dan mampu menyelesaikan permasalahan yang ada.
Ketiga ranah pengetahuan sangat bermanfaat demi terciptanya Insan Emas Indonesia. Pemerintah menyadari bahwa negara ini memiliki orang-orang yang pintar. Untuk menjadikan Indonesia negara yang besar tidaklah cukup dengan orang pintar tetapi juga berkarakter dan berdaya saing tinggi.
Pembelajaran tematik menjadi salah satu solusi permasalahan dalam mengembangkan sumber daya manusia yang berkualitas.
Apakah kedepannya Indonesia akan mampu menunjukkan keunggulannya di mata Internasional?
Tergantung, banyak faktor yang terlibat.
Kita perlu mekanik pendidikan yang berkualitas yang tidak lain adalah guru. Guru memegang peranan penting dalam pelaksanaan pembelajaran. Pembelajaran tematik memang diakui memerlukan kreativitas guru. Pembelajaran yang didominasi dengan ceramah harus sudah mulai dikurangi. Biarkan siswa berkembang dan berproses.
Berilah kesempatan kepada siswa untuk memperoleh pengetahuannya sendiri. Bisa dilakukan dengan observasi, tanya jawab, diskusi, dan penemuan.
3. Menghindari Tumpang Tindih Materi
Pada saat KTSP masih berlaku, terdapat beberapa materi yang terus-menerus diajarkan. Saat kelas 5 sudah diajarkan di kelas 6 juga diajarkan. Di pelajaran yang berbeda juga membahas materi yang sama.
Kalian masih ingat dengan peristiwa kemerdekaan? yang diperoleh melalui proses yang panjang. Ada istilah BPUPKI. Ini kita peroleh di pelajaran IPS, muncul lagi saat kita mempelajari PPKn. Makna dari pembelajaranya agar kita mengetahui fakta sejarah Indonesia sekaligus menumbuhkan rasa cinta tanah air, ikut memiliki negara dan selalu mengupayakan menjaga keutuhannya.
Jadi alangkah baiknya jika materi ini dilebur menjadi satu kesatuan. Esensi pembelajaran masih tetap sama.
Tumpah tindih materi tidak efisien waktu karena masih banyak materi yang bisa dipelajari dan dieksplorasi. Pembelajaran tematik mencegah permasalahan tersebut.
Mengusung pembelajaran tema, menggabungkan beberapa muatan pelajaran menjadi topik bahasan. Topiknya pun sangat dekat dengan lingkungan belajar siswa. Pembelajaran yang baik memang pelajaran yang bekaitan dengan diri dan lingkungan peserta didik.
Ini juga mendasari pelajaran IPA Terpadu yang menggabungkan pelajaran fisika dan biologi menjadi satu. Kedua pelajaran ternyata memiliki keterkaitan.
Misalnya saja energi dalam fisika merupakan suatu kemampuan yang dimiliki seseorang atau benda untuk melakukan suatu kerja. Energi dalam biologi dapat diperoleh melalui makanan yang bergizi khususnya dari karbohidrat dan lemak
Memudahkan siswa tentunya dalam membentuk insight. Tahap belajar pun menjadi berkesinambungan.
Itulah beberapa keunggulan penerapan pembelajaran tematik dalam kurikulum kita saat ini. Semoga kita sadar akan power of tematik. Bisa sama-sama mengembangkan diri untuk kemajuan bangsa.