Dilema Guru Melaksanakan Pembelajaran Daring
Situasi bencana nasional seperti sekarang ini menuntut manusia dengan cepat melakukan adaptasi di berbagai bidang, khususnya pendidikan. Kemajuan teknologi memang mampu merealisasikan pembelajaran secara daring atau online.
Berbagai fitur pembelajaran jarak jauh (daring) yang efektif tersedia. Mulai dari adanya fitur teleconference (untuk berkomunikasi lewat audio maupun visual secara masif, virtual, dan real time), google classroom (fitur yang digunakan sebagai media menautkan materi ajar, pengumuman, dan latihan soal), google form (fitur untuk memberikan evaluasi kepada siswa), dan lain-lain.
Pembelajaran Online |
Situasi sekarang merupakan peristiwa bersejarah yang pernah dialami oleh guru dan siswa. Mau tidak mau harus menerapkan pembelajaran jarak jauh sesuai program pemerintah "Belajar di Rumah Aja" Berbagai respon muncul dari orang tua siswa.
Ada yang mengalami kendala mengajarkan anaknya. Ada yang begitu antusias membina anaknya dalam memperkenalkan penggunaan teknologi untuk pembelajaran.
Pembelajaran daring memang menjadi solusi pembelajaran masa depan. Bahkan memungkinkan kita belajar di segala situasi dimana pun dan kapan pun. Di jenjang pendidikan SMA dan perguruan tinggi sangat jelas ketara efektifitasnya.
Kemampuan guru dalam bidang teknologi juga menjadi faktor penentu keberhasilan pembelajaran daring. Namun terkadang guru yang mampu melaksanakan pembelajaran secara daring harus merasakan dilema yang mungkin tidak diketahui banyak orang. Berikut ini dilema guru melaksanakan pembelajaran di Sekolah Dasar.
1. Merasa Bersalah Memberikan Pembelajaran
Guru memang memiliki kewajiban memberikan pembelajaran kepada peserta didiknya. Segala hal selalu diupayakan agar siswa belajar. Tidak jarang guru mempersiapkan permainan, ice breaking, media pembelajaran dan kegiatan inovatif lainnya dalam upaya meningkatkan kualitas pembelajaran di kelas.
Pembelajaran online sebenarnya juga dapat memberikan output yang baik. Namun sayang ada beberapa kendala yang sering dialami selama pembelajaran dilakukan secara online. Salah satunya adalah sarana dan prasarana yang kurang. Smartphone dan kouta internet wajib dimiliki siswa selain buku tulis dan pulpen saat pembelajaran online.
Bagi siswa yang keluarganya memiliki taraf hidup rendah, tentu sangat membebankan. Kondisi ini diperparah dengan tidak menentunya perekonomian di Indonesia akibat dari pademi yang berkepanjangan. Penghasilan mereka yang sudah rendah tersebut juga terganggu. Kita harus menyadari betapa tingginya gap antara orang yang mampu dan tidak mampu di Indonesia.
Jangankan untuk membeli paket kouta, demi makan saja mungkin mereka masih amat sangat mengupayakan. Beginilah potret kehidupan yang ada di tengah-tengah masyarakat.
Bisakah pihak sekolah membantu?
Bolehkah dana BOS digunakan untuk membelikan siswa-siswi handphone?
Ternyata tidak. Inspektorat Kemendikbud RI melalui twitter menyampaikannya
Tweet Itjen Kemendikbud |
Pernahkah guru tiba-tiba menerima pesan "marah-marah" dari orang tua karena anak mereka yang terus meminta dibelikan paket internet? Ada, saya yakin itu. Padahal guru sudah memaklumi siswa yang tidak bisa mengumpulkan tugas karena keterbatasan. Guru tersebut juga rela konsisten mengetik penjelasan dan pembahasan soal melalui chat grup WA mengingat ini metode efektif agar kouta siswa tidak banyak terkuras.
Menghindari mengirim link video pembelajaran dari youtube atau media manapun. Meminimalisir mengirim gambar penjelas sebagai ilustrasi materi ajar. Betapa tersiksanya guru tidak bisa melakukan apa yang seharusnya dilakukan. Video dan gambar penting bagi siswa sekolah dasar mengingat mereka ada pada tahap enaktif dan simbolik.
Guru jadi serba salah melaksanakan pembelajaran secara online. Jika guru tidak mengajar maka kewajikannya tidak dilaksanakan, tapi siswa tidak perlu menghabiskan kouta internet. Jika guru mengajar maka kewajibannya terlaksana tapi siswa memerlukan kouta internet
Muncul perasaan bersalah jika harus melaksanakan pembelajaran online. Siswa yang tidak memiliki sarana dan prasarana memadai selalu mengupayakan diri dalam setiap keterbatasan. Anak usia SD itu selalu memiliki rasa hormat kepada guru dan merasa tidak enakan jika tidak mengerjakan tugas. Mereka juga kadang ingin seperti teman-temannya belajar online dan mengirimkan tugas-tugas.
2. Bersusah Payah Membaca Tugas Siswa
Guru memberikan tugas kepada siswa untuk mengetahui sejauh mana pemahaman siswa terhadap materi ajar. Pemberian tugas juga bertujuan sebagai pemandu siswa dalam perjalanan memperoleh pengetahuan. Pada pembelajaran online, tugas bisa dikirim melalui whatapps, email, dan media lainnya.
Teknis pengiriman tugas yang sering dilakukan siswa adalah pertama, mengerjakan tugas atau soal yang ada pada buku paket pada bukut tulis. Kedua, foto tugas yang sudah selesai dikerjakan. Ketiga kirim foto ke media yang diminta guru.
Tugas Siswa |
Saat guru menerima foto tugas dari siswa kemudian akan memeriksanya. Terlihatlah beberapa tugas siswa yang tidak jelas atau blur. Guru akan berusaha amat keras untuk bisa membaca kata demi kata. Penyebab foto yang kurang jelas tentu karena dua faktor (1) Kualitas kamera handpone yang rendah dan (2) Kurangnya pencahayaan dari lingkungan sekitar.
Guru tentunya tidak bisa memaksakan siswa untuk mengganti handphone agar tugas yang terkirim terlihat jelas. Tentu situasi seperti ini juga akan berimbas pada penilaian tugas oleh guru.
3. Merasa Tidak Puas Dengan Pembelajaran
Guru merasa belum puas apabila siswanya belum bisa mencapai kompetensi yang diharapkan. Pembelajaran online membatasi gerak guru dalam membimbing dan mengarahkan peserta didik untuk memperoleh pengetahuannya.
Ketika siswa tidak mampu mengerjakan soal yang ada di buku. Biasanya guru selalu ada untuk memandu siswa mengerjakan soal tersebut di kelas. Guru akan merasa puas bila bisa memberikan perlakuan langsung kepada siswa dan memantau langsung perkembangannya.
Penjelasan Guru |
Ketika siswa memperoleh pelajaran matematika. Guru sangat terbatas dalam memberi bimbingan pengerjaan soal. Biasanya guru dapat menjajaki setiap siswa yang mengalami kendala mengerjakan soal di kelas.
Jika guru menautkan penjelasan materi matematika yang ada di youtube maka akan mempercepat habisnya kouta internet siswa. Tentunya guru tidak mau mendapatkan komplain tentang pembelajaran online yang menghabiskan banyak biaya.
Siswa diusia sekolah dasar memang sebaiknya diberikan pembelajaran secara langsung di kelas. Mereka bisa berinteraksi secara langsung dan membangun sendiri pengalaman belajarnya dari objek-objek yang ada di lingkungannya.
4. Galau Memberikan Penilaian
Soal online yang diberikan guru dapat dikerjakan siswa. Sayangnya guru tidak benar-benar bisa mengetahui siapa saja yang berkontribusi dalam pengerjaan tugas dan tes tersebut.
Entah dia dibantu orang tua, saudara, atau mengerjakannya sendiri. Pada saat pembelajaran di kelas, anak tersebut tidak terlalu menonjolkan kemampuan akademiknya. Tiba-tiba saat tes memperoleh nilai paling tinggi.
Proses penilaian yang seharusnya dilakukan dengan mudah berpedoman pada hasil tugas dan ulangan siswa. Sekarang guru harus berpikir keras dalam memberikan penilaian. Jika mengabaikan nilai tes, sama saja mengabaikan usaha peserta didik.
Tes Online |
Mungkin saat belajar di kelas dia belum belajar dengan giat. Selama "Belajar di Rumah Aja" mungkin dia belajar dengan giat, sehingga mengalami perubahan yang signifikan. Bisa saja kan? Guru harus selalu berpikiran positif atas perkembangan siswanya.
Memang tidak semua nilai tes online peserta didik mengagetkan, hanya beberapa saja. Ada perlawanan keinginan antara menggunakan nilai yang sebenarnya dengan nilai yang seharusnya.
Kebijaksanaan guru dituntut dalam menyelesaikan permasalahan ini. Nilai memang penting tapi usaha tidak kalah pentingnya juga
Itulah beberapa dilema guru selama melaksanakan pembelajaran daring. Mungkin banyak yang berpendapat bahwa menjadi guru enak, hanya tinggal di rumah mendapatkan gaji. Padahal guru tidak pernah meminta keadaan seperti ini. Semua pihak harus saling intropeksi diri dan tidak menyalahkan.
Semoga situasi bencana nasional ini cepat berlalu sehingga masyarakat bisa melaksanakan aktivitas seperti mana mestinya