Tata Cara Menulis Aksara Bali
Penulisan aksara bali diajarkan sejak kita duduk di bangku sekolah dasar. Materi ini harus dipelajari dengan sungguh-sungguh karena akan diperoleh secara terus-menerus hingga tamat SMA. Banyak siswa yang tidak mengerti aturan atau tata cara penulisan aksara bali. Hal ini bisa disebabkan karena beberapa faktor. Salah satunya karena ketidakseriusan siswa menyimak pelajaran di kelas.
Bagi kalian yang belum bisa, jangan berkecil hati. Kalian belum terlambat kok untuk belajar. Ayo kita pelajari dengan serius aturannya!
Aturan Menulis Aksara Bali
1. Mengenal Huruf Dasar
Pada pelajaran bahasa Indonesia kita mengenal huruf a, b, c, d, e, f, g, h, dan seterusnya. Huruf tersebut nantinya digunakan dalam menyusun kata hingga kalimat.
Pada pelajaran bahasa Bali kalian akan belajar huruf mulai dari a, na, ca, ra, ka, da, ta, dan seterusnya. Huruf tersebut ditulis dengan aksara Bali (Aksara Wianjana) sebagai berikut,
2. Mengenal Huruf Vokal
- Penulisan Meli bukan memakai taleng tetapi pepet
- Penulisan aksara bali tidak memakai spasi antar kata. Langsung disambung antara kata dengan kata sampai satu kalimat.
- Penulisan aksara bali dibuat sesuai dengan pengucapan seperti biu dibaca biyu sehingga penulisannya menggunakan huruf y
3. Mengetahui Gantungan
Banyak orang yang bingung menulis aksara bali karena harus menggunakan gantungan pada bagian tertentu. Bahkan ada yang tidak tahu saat kapan menggunakan gantungan saat mengubah tulisan latin menjadi aksara bali.Gantungan digunakan apabila terdapat huruf mati (konsonan) yang berurutan pada kata atau kalimat
- Penulisan aksara bali langsung disambung antar kata. Setelah huruf k pada kata anak ada huruf b pada kata belog, sehingga huruf b harus digantung.
- Setelah huruf g pada kata belog ada huruf m pada kata mabet, sehingga m harus digantung.
- Setelah huruf t pada kata mabet ada huruf r pada kata ririh, sehingga r harus digantung
- Penggunaan pepet dan ulu disesuaikan dengan ketentuan yang sudah kalian pelajari