Contoh Asesmen Diagnostik Kognitif
Asesmen diagnostik dibedakan menjadi dua yaitu non kognitif dan kognitif. Asesmen diagnostik kognitif perlu diberikan kepada siswa, agar guru mengetahui kemampuan awal siswa. Esensial pembelajaran pada kurikulum merdeka bukan tentang siapa yang berhasil meraih garis finish pertama kali, melainkan fokus pada usaha dan kerja keras siswa mencapai garis finish.
Setiap siswa memiliki karakteristik, lingkungan, dan pengasuhan yang berbeda-beda. Hal inilah yang menyebabkan keberagaman kemampuan kognitif siswa. Jadi, sangat tidak adil apabila guru memaksa semua peserta didiknya mencapai finish dengan waktu yang bersamaan. Garis start atau awal masing-masing siswa berbeda.
Fokus utama pembelajaran di berbagai jenjang terdiri atas dua yaitu numerasi dan literasi. Mengingat hasil asesmen internasional yang diselenggarakan melalui PISA menunjukkan Indonesia berada pada peringkat bawah. Masalah ini tentu menjadi masalah kita bersama yang harus diselesakan secara holistik dan berkelanjutan.
Agar guru mengetahui penyebab dari masalahnya kemampuan literasi dan numerasi siswa yang rendah, maka harus dicek melalui asesmen. Kemudian fokuskan pengajaran pada komponen-komponen yang masih rendah. Misalnya, kemampuan siswa rendah dalam mengalikan dua bilangan dua digit, maka guru harus mengajarkan dengan terstruktur cara mengalikannya. Begitu juga untuk masalah lainnya.
Tim diaryguru sudah menyiapkan asesmen diagnostik numerasi yang terdiri atas komponen 1) penjumlahan, 2) pengurangan, 3) perkalian, 4) pembagian. Sedangkan pada literasi berfokus pada penafsirkan isi suatu bacaan sehingga dapat menjawab pertanyaan terkait. Lembar soal dan jawaban dibuat menjadi satu agar lebih hemat kertas. Asesmen ini bisa digunakan untuk siswa SD kelas 4, kelas 5, dan kelas 6,