Generasi Alpha merupakan sebutan bagi mereka yang lahir pada tahun 2011-2025. Generasi ini tumbuh di tengah-tengah kemajuan teknologi. Mereka memiliki akses ke berbagai perangkat digital dan platform media sosial sejak usia dini. Generasi Alpha dianggap lebih cerdas dan memiliki potensi lebih unggul di bidang digital dibanding generasi pendahulunya.
Pada saat ini, guru sekolah dasar maupun menengah pertama tidak akan heran ketika mendengarkan cita-cita siswa-siswinya. Cita-cita menjadi guru, polisi, dan dokter sudah sangat biasa terdengar pada tahun 2000 an. Namun, sekarang cita-cita menjadi youtuber, selebgram, dan proplayer sudah lumrah diungkapkan oleh siswa.
Mayoritas Generasi Alpha memiliki idola yang berprofesi di bidang digital. Idola tersebut menjadi inspirasi untuk dirinya menjadi sosok yang berprofesi sama di masa depan. Padahal tidak perlu menunggu beberapa tahun lagi, mereka bisa mulai dari sekarang. Buktinya, banyak anak usia sekolah menjadi influencer/KOL yang sukses.
Peluang menjadi influencer sukses lebih tinggi apabila dimulai sejak dini. Waktu untuk belajar dan berproses di dunia digital lebih banyak. Membangun personal branding sebagai influencer/KOL dapat dilakukan tanpa mengganggu aktivitas belajar sebagai siswa.
Mengapa Menjadi Influencer?
Karena pekerjaan di dunia digital sangat menjanjikan. Jika menilik dari data jumlah pengguna media sosial selama sepuluh tahun terakhir, tampak adanya pertumbuhan secara konsisten. Peluang peningkatan pengguna media sosial pada tahun-tahun mendatang juga tinggi.
Suka, tidak suka, kita harus akui bahwa media sosial sudah menjadi bagian kehidupan kita. Hidup akan terasa kurang tanpa mengakses media sosial.
Terdapat potensi besar pada media sosial. Entah itu untuk membangun jejaring pertemanan, berjualan, atau memperoleh informasi terkini.
Apa Saja Kelebihan Menjadi Seorang Influencer?
1) Meraih Popularitas
Menurut Hierarki kebutuhan Maslow, penghargaan akan pencapaian dan status adalah kebutuhan yang diperlukan, setelah kebutuhan fisiologis, rasa aman, dan sosial sudah terpenuhi. Pada prinsipnya, semua orang ingin diakui dan dikenal. Perasaan gembira akan muncul apabila orang-orang di dunia maya maupun nyata mengenal kita. Sekalipun kita tidak mengenal ataupun pernah bertemu dengan mereka.
Tingkat popularitas influencer dilihat dari seberapa banyak followers mereka di media sosial seperti Instagram, TikTok, Youtube, Facebook, maupun Twitter. Like, comment, dan share pada postingan media sosial juga menjadi variabel lain yang mempengaruhi Engagement. Semakin tinggi Engagement, maka semakin terkenal influencer tersebut.
2) Fleksibelitas Waktu dan Tempat
Generasi Alpha tumbuh di lingkungan yang terintegrasi teknologi. Mereka memiliki fleksibelitas dan keterbukaan terhadap perubahan yang terjadi terus-menerus. Pekerja kantoran yang terikat dengan jam kerja ketat dan jobdesk yang tetap bukanlah pilihan menarik dan tepat bagi Generasi Alpha.
Bekerja dari rumah, cafe, maupun tempat nyaman lainnya adalah impian bagi semua orang, khususnya Generasi Alpha. Terlebih bila pekerjaan tersebut dapat memberikan kebebasan waktu kerja. Apabila anak usia sekolah dasar maupun menengah memilih untuk menjadi influencer, maka dia tidak perlu mengorbankan waktu belajar di sekolah maupun di rumah. Dia dapat membuat konten di waktu senggang sembari melatih dan mengasah kemampuan berkomunikasi.
Tidak jarang kita melihat orang-orang yang berprofesi sebagai dokter, dosen, guru, polisi, dan politisi menjadi influencer/
KOL. Mereka memanfaatkan waktu luang di luar jam kerja, untuk membuat konten-konten yang bersifat hiburan ataupun pelajaran. Fenomena ini cukup membuktikan bahwa adanya fleksibelitas waktu dan tempat dalam dunia influencer.
3) Pekerjaan yang Menyenangkan
Ketika melihat keseharian influencer melalui dailyvlog ataupun live, banyak dari kita berpandangan bahwa kehidupan influencer menyenangkan. Iya, memang menyenangkan. Mereka mendapatkan produk gratis dan melakukan review atas produk tersebut, mengunjungi peluncuran/ launching tempat, bertemu dengan tokoh-tokoh penting, dan mengikuti event-event yang seru.
Pekerjaan sebagai influencer minim resiko dan setres, apabila bertindak sesuai aturan hukum dan agama. Setiap influencer memiliki kebijakan masing-masing terkait kuantitas upload konten. Ada yang sekali sehari, ada yang seminggu sekali. Mereka bisa mengatur ritme kerja sesuai keinginan. Tidak seperti pegawai kantoran yang setres dikejar deadline.
Banyak like dan komentar positif menjadi hal yang menyenangkan bagi seorang influencer. Bahkan sebagian orang tidak segan memuji influencer karena penampilan yang menarik ataupun informasi yang mereka bagikan sangat berguna. Terlebih jika influencer tersebut sedang viral dan menjadi trendsetter masyarakat dunia maya dan nyata.
Ada orang yang hanya sekedar melakukan hobi seperti memasak, bisa menjadi influencer. Tentu saja karena dia unik dan memiliki value di mata netizen. Melakukan hal yang menyenangkan ternyata dapat memberikan manfaat bagi orang lain. Hal-hal keseharian kita yang biasa saja bisa dianggap tidak biasa bagi orang lain. Bahkan, orang-orang di luar sana rela menonton berjam-jam untuk hal yang dianggap biasa tersebut.
4) Penghasilan yang Luar Biasa
Tidak pernah kita bayangkan sebelumnya bahwa orang dibayar mahal untuk upload story. Bayangkan, ada influencer yang dibayar sepuluh juta rupiah lebih hanya untuk upload story instagram tentang produk jualan. Sungguh menggiurkan bukan? Pekerja kantoran yang bekerja nine to five selama sebulan pun kebanyakan hanya digaji UMR/UMK.
Sumber penghasilan influencer sangat beragam. Ada yang diperoleh dari kontrak kerjasama dengan brands, paid promote, affiliate, hingga google adsense. Tidak perlu menunggu awal bulan atau akhir bulan untuk mendapatkan penghasilan seperti pekerja pada umumnya. Influencer memperoleh penghasilkan kapanpun sesuai deal dengan client.
Banyak influencer besar yang berpenghasilan fantastis memulai karirnya dari bawah. Dari awalnya tidak berpenghasilan saat awal ngonten, hingga sedikit demi sedikit mulai membuka keran penghasilan. Penghasilan yang diperoleh akan sebanding dengan jumlah followers media sosial dan interaksi dengan audiens.
5) Kesempatan Terus Belajar dan Berkembang
Menjadi influencer mengharuskan kita untuk selalu mengikuti tren terbaru dan meningkatkan keterampilan dalam menciptakan konten. Hal ini akan membantu kita untuk tetap relevan dan inovatif. Bertemu dengan sesama influencer memungkinkan kita untuk saling berbagi pengalaman membuat konten, meningkatkan skill komunikasi, dan mengetahui informasi terkini. Dari setiap orang, kita dapat belajar hal yang baru.
Influencer harus terus belajar algoritma masing-masing media sosial, agar dapat menjangkau orang-orang secara luas. Algoritma masing-masing media sosial berbeda-beda dan diperbaharui secara berkala. Jenis-jenis konten yang disukai orang juga berbeda tergantung zaman. Influencer harus mampu menyesuaikan diri dengan trends agar tidak ditinggal oleh penggemar.
Menjadi influencer yang sukses tidak mudah tapi bisa diusahakan. Hal ini menjadi tantangan untuk terus memacu diri belajar dan berkembang, bukan malah jadi hambatan yang menjadikan diri berputus asa.